Publikasi jurnal internasional bereputasi terindeks ISI Reuters dan Scopus adalah salah satu indikator yang digunakan oleh lembaga World Class University dalam menilai kampus-kampus di dunia. Berbagai kampus dunia juga berlomba-lomba menaikkan rating mereka di mata dunia dengan mendongkrak publikasi riset bereputasi sebanyak-banyaknya.
Hari ini publikasi riset bereputasi University of Malaya berjumlah 41.353 artikel dan tidak sebanding dengan kumpulan publikasi sepuluh kampus terbaik Indonesia (Sumber: Scopus 2017). Publikasi dan sitasi riset bereputasi ini juga berdampak pada naiknya rangking universitas secara drastis. Kampus nomor satu Malaysia ini pun saat ini berada pada peringkat 114 dunia versi QS World University Rankings 2018. Beberapa bidang studi yang sangat produktif dalam publikasi juga berada pada rangking 50 terbaik dunia. Misalnya, Teknik elektro (Electrical and electronic engineering) berada pada peringkat 23 dunia mengalahkan University of Melbourne dan Princeton University. Studi pengembangan (Development studies) peringkat 26, Teknik mesin (Mechanical engineering) peringkat 33, Teknik kimia (Chemical engineering) peringkat 38 dan Pendidikan (Education) peringkat 41.
Jika Indonesia ingin seperti University of Malaya, maka publikasi riset bereputasi harus terus didongkrak dan tentu dengan biaya riset yang baik dan mendukung juga. Juga harus diberikan insentif kepada siapa saja yang mampu berkontribusi dalam publikasi ini. Tidak mesti guru besar (profesor) atau dosen, mahasiswa, alumni, peneliti independen atau masyarakat Indonesia umum juga bisa mempublikasikan riset mereka pada jurnal bereputasi dengan syarat meletakkan nama afiliasi Indonesia, dan negara harus mengaprisiasi mereka dengan memberikan insentif.
