Pada tahun 2018, Indonesia memiliki 37 Jurnal bereputasi terindeks Scopus. Jumlah ini masih sedikit dibandingkan dengan Malaysia yang berjumlah sekitar 110 jurnal. Semoga para pengelola jurnal di Indonesia bisa mengindekskan jurnal mereka ke indeks Scopus. Pengeloloaan jurnal indeks Scopus itu ketat, disiplin dan tidak asal-asalan.
Sebelum terindeks ke Scopus, para pengelola jurnal harus disiplin dan serius dalam mengelola jurnal. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah sebegai berikut:
1. Penulisan jurnal harus konsisten dalam Bahasa Inggris atau Bahasa PBB lainnya.
2. Ingat, penulis artikel juga harus anonymous saat artikel mereka diterima
3. Vol dan Issue (No) publikasinya jangan bolong-bolong, harus disiplin. Jika terbit 2 kali dalam setahun ya harus konsisten. Kebiasaan misalnya, Vol 4, issue (No) 1, 2018 ada, vol 4 issue (No) 2 nya tidak ada. Tahun depan Vol 5 issue 2, 2019 ada lagi, issue 1 nya kosong, setelah itu kosong lagi. Itu akan sangat mudah dicek dari ARCHIVE jurnal, KONSISTEN gak publikasinya?
4. Konten artikel ditulis dalam Bahasa Inggris yang baik, jika perlu menyediakan jasa editing/ proofreading bagi penulis dan ini dilakukan juga oleh penerbit-penerbit terkenal seperti Elsevier atau Springer. Tentunya dengan tarif yang terjangkau dan kualitas servisnya excellent.
5. Usahakan artikelnya dari dari berbagai negara. Kebiasaaan di Indonesia, semua artikelnya berasal dari kampus sendiri/ dari orang-orang sendiri.
6. Melakukan proses peer-review (Double-Blind Peer Review ) dengan profesional, artinnya si reviewer tidak tau itu artikel siapa dan si penulis juga tidak tau siapa reviewer-nya. Para reviewer bisa di-invite dari berbagai kampus
di dunia sesuai dengan keahlian mereka.
7. Untuk menjaga reputasi jurnal, proses review harus dilakukan dengan ketat. Misalnya dua bulan pertama proses review 1, dua bulan kedua dikembalikan ke penulis dan dikasih waktu 2 bulan untuk memperbaiki, 2 bulan ketiga proses review ke-2 setelah penulis memperbaiki komen, kritik dan masukan dari si reviwers, dan 2 bulan keempat proses pengambilan keputusan oleh para Editors, ACCEPTED/ REJECTED. Ingat Scopus bukan submit paper kemudian beberapa hari/ bulan langsung Published, apalagi ada embel-embel/ modus bayar mahal.
8. Terakhir, kualitas artikel-artikel yang akan dipublikasikan sangat tergantung pada si Editor dalam finalisasi sebelum dipublikasikan.
9. Kualitas artikel harus benar-benar baik, bukan standar baik bagi kalangan sendiri orang Indonesia, namun diakui oleh peneliti-peneliti lainnya di seluruh dunia.
10. Jangan berbayar! hati-hati! jurnal berbayar cenderung business oriented, berpotensi masuk predatory journal dan akan masuk dalam daftar blacklisted journal. Jika ingin mencari keuntungan finansial, bisa dilakukan dengan sistem tidak Open Access. Artinya yang mengakses dan mau download artikel harus bayar dan bagi yang ingin publikasi Open access juga harus bayar dengan melampirkan sumber dana yang akan mereka pakai. Ataupun melalui kegiatan Konferensi, dimana paper yang diterima dalam konferensi akan dipublikasikan pada jurnal bersangkutan.
11. INGAT 1 SAJA ARTIKEL DALAM JURNAL ANDA TIDAK BERKUALITAS, misalnya anda mamasukkan 1 artikel punya kawan anda dan artikel tersebut sangat tidak layak. Ini akan membuat reputasi keseluruhan Jurnal anda jelek. Maka untuk menjaga reputasi jurnal memang agak susah, ingat….! tidak ada istilah punya kawan/ mitra yang diutamakan. Yang diutamakan adalah artikel-artikel berkualitas meskipun itu punya musuh kita.
12. Yang paling lagi penting lagi adalah banyaknya sitasi, terutama jurnal-jurnal Scopus dunia yang mengutip referensi dari jurnal anda. Artikel jurnal yang bagus adalah yang banyak dikutip oleh jurnal-jurnal bagus/ bereputasi lain. Caranya bagaimana, itu pintar-pintar bagian marketing jurnal mempromosikan jurnal ke dunia internasional, dan tentunya jika konten jurnal bagus, orang-orang akan ngutip dari jurnal kita.
Good Luck,
Zamzami Zainuddin, The University of Hong Kong (HKU), Hong Kong.